![]() |
Saat itu, aku dan teman-teman sekelas mengikuti study tour ke sebuah kota kecil di luar kota. Kami menginap di sebuah hotel yang terlihat cukup tua, tetapi cukup populer di kalangan wisatawan yang datang ke daerah tersebut. Hotel itu memiliki arsitektur klasik dengan ornamen kayu yang indah dan langit-langit tinggi. Meskipun terlihat kuno, aku tidak merasa ada yang aneh dengan tempat itu. Namun, pengalaman yang aku alami malam itu akan membuatku meragukan penilaian pertama terhadap sebuah tempat.
Kami sampai di hotel sekitar pukul lima sore, dan setelah check-in, kami diberi kunci kamar. Teman-teman sekelasku tampaknya menikmati suasana, sementara aku mulai merasa sedikit canggung karena melihat koridor yang agak gelap dan lengang. Aku pun menuju kamar di lantai dua bersama beberapa teman.
Ketika aku membuka pintu kamar, udara di dalamnya terasa dingin meskipun di luar tidak ada angin. Kamar itu luas, dengan dua tempat tidur besar dan jendela yang menghadap ke taman belakang hotel. Aku dan dua teman lainnya memutuskan untuk tidur bersama di satu tempat tidur besar karena kamar itu terasa terlalu besar untuk kami bertiga. Sementara itu, beberapa teman lainnya memilih untuk berkumpul di ruang tamu hotel.
Namun, saat malam tiba, suasana mulai berubah. Aku terbangun sekitar jam dua pagi. Suara angin yang menggoyangkan daun pohon di luar jendela terasa semakin kencang. Aku melihat jam di meja samping tempat tidur. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang berjalan perlahan di luar kamar kami, seperti ada seseorang yang melintas di koridor.
Aku tidak terlalu menghiraukannya, berpikir itu mungkin teman sekelasku yang sedang kembali ke kamar. Tetapi, suara itu semakin mendekat. Langkah-langkahnya semakin jelas, seolah-olah orang itu berhenti tepat di depan pintu kamar kami.
Aku merasakan hawa dingin merayap ke dalam tubuhku. Aku coba untuk tidur kembali, namun rasa penasaran membuatku membuka sedikit mata. Tiba-tiba, pintu kamar kami terdorong perlahan. Aku kaget dan terbangun sepenuhnya. Teman-teman yang tidur di sebelahku pun terbangun.
"Pintu itu terbuka," bisikku panik.
Kami bertiga saling pandang, tidak ada yang berani bergerak. Ketika aku melirik keluar, aku melihat sosok bayangan gelap melintas di luar kamar, menuju ke ujung koridor. Bayangan itu sangat jelas meski cahaya dari lampu redup di ujung lorong hanya memberi sedikit penerangan.
Dengan gemetar, aku mencoba menenangkan teman-temanku. "Mungkin hanya petugas hotel atau orang yang lewat."
Namun, rasa takut terus menyelimuti kami. Kami pun memutuskan untuk menutup pintu kamar kembali dan mengunci rapat-rapat. Suara langkah kaki yang terdengar sebelumnya semakin menjauh dan hilang, tapi aku masih merasa ada yang mengintai.
Setelah beberapa lama, aku memberanikan diri untuk keluar kamar dan memeriksa sekeliling. Ketika aku melintas di lorong, aku merasa ada yang aneh. Suasana hotel begitu sunyi, dan cahaya lampu yang remang membuat setiap sudut tampak menyeramkan. Aku berjalan sedikit lebih cepat, merasa ada sesuatu yang mengikuti dari belakang. Namun, tidak ada siapa-siapa.
Ketika aku kembali ke kamar, aku melihat jam dinding yang terletak di atas meja samping tempat tidur menunjukkan waktu yang aneh. Pukul 03.05 pagi. Aku merasa waktu terasa melambat, seakan-akan aku terjebak dalam satu momen yang berulang. Semua teman-teman di kamar sudah tertidur kembali, namun aku tidak bisa lelap. Pikiran-pikiranku kacau.
Esok pagi, kami melanjutkan tur keliling kota. Saat kami bertanya kepada resepsionis mengenai sejarah hotel, ia bercerita bahwa hotel tersebut dulunya adalah rumah sakit tua yang dibangun pada abad ke-19. Banyak cerita horor beredar tentang hotel itu. Ada beberapa kejadian aneh yang menimpa para pengunjung di malam hari. Dikatakan bahwa banyak orang yang melihat penampakan pasien-pasien lama yang masih terperangkap di bangunan itu.
Mendengar cerita itu, bulu kudukku kembali meremang. Kini aku sadar, mungkin pengalaman malam itu bukan hanya halusinasi semata. Sesuatu memang ada di sana, mungkin sesuatu yang sudah lama terpendam.
Sejak saat itu, aku tidak pernah bisa melupakan malam
itu—malam yang mencekam di sebuah hotel tua yang kini terhitung sebagai salah
satu pengalaman horor paling nyata dalam hidupku.
(cerita ini hanya fiktif belaka, kami mohon maaf jika ada penulisan nama tempat yang sama)